Biografi Lengkap Kisah dan Kiprah R.A. Kartini. Sobat kampus Kali ini saya akan sedikit berbagi mengenai contoh biografi para pejuang kita khususnya negara indonesia yang kita cinta, Tujuannya sebagai motivasi bagi kita supaya kita bener memahami apa arti perjuangan dan sebagai bahan renungan bagi kita untuk hidup menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi semua orang. mudah tulisan biografi ini bermanfaat untuk kita semuanya.
Profil R.A. Kartini
Nama : Raden Adjeng Kartini
Tempat Lahir : Jepara Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 21 April 1879
Zodiac : Taurus
Wafat : 17 September 1904, Kab. Rembang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pasangan: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
Dikenal karena : Emansipasi wanita
Tempat Lahir : Jepara Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Senin, 21 April 1879
Zodiac : Taurus
Wafat : 17 September 1904, Kab. Rembang
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pasangan: K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat
Anak : Soesalit Djojoadhiningrat
Dikenal karena : Emansipasi wanita
Biografi R.A. Kartini
Sudah banyak yang mengupas kisah mengenai sosok Kartini, salah satu
tokoh pahlawan wanita fenomenal dari Tanah Jawa, tepatnya di Jawa
Tengah. Banyak penulis menuturkan perjalanan hidup beliau yang
menginspirasi lewat biografi, seperti yang dilakukan oleh Sitisoemandari
Soeroto dalam bukunya yang berjudul, ‘Kartini : Sebuah Biografi’. Dalam
buku tersebut diterangkan mengenai silsilah keluarga Kartini, sisi
kehidupan yang menjadi saksi perjuangan melalui tulisannya yang sarat
akan kritik penyetaraan gender, nasionalisme yang menggugah sampai ke
negeri Belanda. Kumpulan tulisan kepada sahabat-sahabat penanya di
Belanda maupun surat-surat yang pernah ia buat dirangkum Armijn Pane
dalam sebuah buku berjudul, ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’, yang
juga merupakan salah satu tema surat yamg pernah beliau tuliskan.
Berikut pemaparan mengenai Biografi Kartini mulai dari perjalanan
hidupnya, karyanya, semua yang bersangkutan mengenai Kartini,
kontroversi gelarnya, serta keturunan Kartini yang masih hidup. Semuanya
disadur dari buku dan beberapa sumber dari Internet.
Raden Ajeng Kartini Djojo Adhiningrat adalah nama lengkap beliau.
Ia dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Mayong, Jepara, Jawa
Tengah. Ayahnya yang bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat
merupakan seorang bupati Jepara. Kartini adalah keturunan ningrat. Hal
ini bisa dilihat dari silsilah keluarganya. Kartini adalah putri dari
istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah,
putri dari NyaiHaji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru
agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat
dilacak hingga Hamengkubuwana VI. Garis keturunan Bupati Sosroningrat
bahkan dapat ditilik kembali ke istana Kerajaan Majapahit. Semenjak
Pangeran Dangirin menjadi bupati Surabaya pada abad ke-18, nenek moyang
Sosroningrat mengisi banyak posisi penting di Pangreh Praja. Ayah
Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial
waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan.
Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah
lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja
Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi
bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan,
R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari
kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua.
Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25
tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati
pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak
Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa.
Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese
Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda.
Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah
bisa dipingit. Beliau bersekolah hanya sampai sekolah dasar. Ia
berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya, tapi tidak diizinkan oleh
orangtuanya. Sebagai seorang gadis, Kartini harus menjalani masa
pingitan hingga sampai waktunya untuk menikah. Ini merupakan suatu adat
yang harus dijalankan pada waktu itu. Kartini hanya dapat memendam
keinginannnya untuk bersekolah tinggi.
Untunglah beliau gemar membaca dari buku – buku, koran, sampai majalah
Eropa. Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa .Kartini
banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter
Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan
toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan
dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda
De Hollandsche Lelie. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur
20, terdapat judulMax Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli,
yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht
(Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang
bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja,
roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman
anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder(Letakkan
Senjata). Semuanya berbahasa Belanda. Pikirannya menjadi terbuka lebar,
apalagi setelah membandingkan keadaan wanita di Eropa dengan wanita
Indonesia. Sejak itu, timbullah keinginan beliau untuk memajukan
perempuan pribumi yang pada saat itu berada pada status sosial yang
rendah. Ia ingin memajukan wanita Indonesia melalui pendidikan. Untuk
itu, beliau mendirikan sekolah bagi gadis – gadis di Jepara, karena pada
saat itu ia berdomisili di Jepara. Muridnya hanya berjumlah 9 orang
yang terdiri dari kerabat atau famili.
Di samping itu, ia banyak pula menulis surat untuk teman-temannya orang
Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya.
Dalam surat itulah ia melampiaskan cita-citanya untuk menuntut persamaan
hak dan kewajiban antara pria dan wanita. Kartini pun kemudian beberapa
kali mengirimkan tulisannya dan akhirnya dimuat diDe Hollandsche Lelie,
sebuah majalah terbitan Belanda yang selalu ia baca. Dari
surat-suratnya, tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian,
sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah
satu karangan atau mengutip beberapa kalimat. Perhatiannya tidak hanya
semata-mata soalemansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum.
Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan
persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.
Beliau sempat mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Belanda karena
tulisan-tulisan hebatnya, namun ayahnya pada saat itu memutuskan agar
Kartini harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat, Bupati
Rembang kala ituyang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah
pada tanggal 12 November 1903. Sejak itu, Kartini harus hijrah dari
Jepara ke Rembang mengikuti suaminya. Suaminya mengerti keinginan
Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah
wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang,
atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka.
Kartini memiliki seorang anak lelaki bernama Soesalit Djojoadhiningrat,
yang dilahirkan pada tanggal 13 September 1904. Selang beberapa hari
pasca melahirkan, Kartini tutup usia pada tanggal 17 September 1904.
Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Beliau dimakamkan di Desa Bulu,
Kecamatan Bulu, Rembang.
Untuk menghormati kegigihan beliau, didirikanlahSekolah Wanita oleh
Yayasan Kartini di Semarang pada tahun1912, kemudian di Surabaya,
Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah
tersebut adalah "Sekolah Kartini". Yayasan Kartini ini didirikan oleh
keluarga Van Deventer, seorang tokoh Politik Etis.Setelah Kartini wafat,
Mr.J.H. Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah
dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa. Abendanon saat itu
menjabat sebagai Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia
Belanda. Buku itu diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti
harfiahnya "Dari Kegelapan Menuju Cahaya". Buku kumpulan surat Kartini
ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada
cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.
Pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkannya dalam bahasa Melayu dengan
judul yang diterjemahkan menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah
Pikiran, yang merupakan terjemahan oleh Empat Saudara. Kemudian tahun
1938, keluarlah Habis Gelap Terbitlah Terang versi Armijn Pane seorang
sastrawan Pujangga Baru. Armijn membagi buku menjadi lima bab pembahasan
untuk menunjukkan perubahan cara berpikir Kartini sepanjang waktu
korespondensinya. Versi ini sempat dicetak sebanyak sebelas kali.
Surat-surat Kartini dalam bahasa Inggris juga pernah diterjemahkan oleh
Agnes L. Symmers. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah
diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Jawa dan Sunda.
Terbitnya surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik
perhatian masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai
mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di
Jawa. Pemikiran-pemikiran Kartini yang tertuang dalam surat-suratnya
juga menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia,
antara lain W.R. Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini.
Sayangnya, banyak kontroversi bermunculan dikarenakan ketetapan Ir. Soekarno,
Presiden pertama Republik Indonesia,melalui Keputusan Presiden Republik
Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan
Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari
lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai
hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.Bahkan lagu Ibu
Kita Kartini yang diciptakan oleh W.R. Supratman menjadi salah satu lagu
nasional. Hal ini menuai protes dari beberapa kalangan di Indonesia.
Pengistimewaan Kartini terkesan pilih kasih dari Pahlawan wanita
Indonesia lainnya di berbagai belahan nusantara seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika,
Maria Tiahahu, Rohana Kudus, yang beberapa diantara mereka menurut para
pengecam, telah ikut berperang langsung dengan para penjajah Belanda,
dibandingkan Kartini yang hanya menulis. Namun, apa yang dikatakan Oov
Auliansyah pada halaman (http://sosok.kompasiana.com/2013/04/21/kartinitak-layak-jadi-pahlawan-nasional-553170.html) ada benarnya, ia mengatakan bahwa, “...Kartini telah berfikir tentang perssamaan gender di awal 1900.
Berbicara tentang wanita yg berhak mendapat pendidikan selayaknya kaum
laki-laki (laki-laki bangsawan & Belanda, SAAT itu diskriminasi
cukup kuat).
Kartini melawan diskriminasi Belanda terhadap pribumi dan
kesewenang-wenangan Belanda lewat suratnya kepada sahabat-sahabatnya di
Belanda, akhirnya mampu menggugah hati pemerintah Belanda dan membangun
pendidikan di Jawa. Kartini adalah anak kaum bangsawan, bisa dibilang
seorang borjuis kecil, tapi kemudian dia memilih sendiri turun menjadi
proletar.
Surat-surat Kartini, seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian
masyarakat Belanda, dan pemikiran-pemikiran Kartini mulai mengubah
pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan pribumi di Jawa,
sehingga menimbulkan simpati dari masyarakat Belanda dan menentang
kebijakan-kebijakan parlemen Belanda yg merugikan kaum pribumi
Jawa...Kartini telah memikirkan tentang pendidikan kaum wanita di
masyarakat Jawa pada waktu itu yg terpaku dengan segala adat-adatnya
yang kaku, seolah wanita sudah tidak perlu pendidikan, bisa bahasa
Belanda saja sudah cukup, kemudian tinggal menunggu dinikahi dan
kemudian dimadu.Kartini telah memikirkan ini di awal 1900-an.
Bahkan ada yang menyangsikan gelar Kartini sebagai Pahlawan Nasional
dikarenakan beliau hanya menulis. Namun hal ini dibantah oleh beberapa
pendapat dari halaman (http://pustakailmudotcom.wordpress.com/2014/02/23/kartini-layak-menjadi-pahlawan/) yang menyatakan bahwa, “... Kartini
memang tak bisa mewujudkan mimpinya (akhirnya dipoligami), tapi dia
meninggalkan tulisan-tulisan yang dahsyat. Itu sudah cukup. Sebenarnya Soekarno tidak keliru memilih Kartini sebagai Pahlawan Nasional…Surat
Kartini jadi biasa bagi pembaca yang sudah mengenyam pendidikan. Coba
dirimu di era pingitan atau 1890-an…Kartini memang bukan penggerak
orang. Ia tak pernah berorasi. Juga tak punya Taman Siswa seperti Ki Hajar Dewantara,
tapi siapa yang menghubungi Oost en West untuk memulai lagi kerajinan
tangan asli Hindia Belanda? Itu Kartini! Siapa yang menggelar pameran
kerajinan PERTAMA asli Hindia Belanda sampai London memperhatikan batik
nasional? Kartini! @AndiChamomile.
Siapa yang ngobrol soal “feodalisme” sampai akhir tahun 1900-an dan itu
di balik dinding ruang pingitan? Kartini! FYI: setahuku hanya
surat-surat Kartini yang komprehensif membicarakan itu semua. Aku gak
ngomongin profil lho ya, bukan!...Pahlawan itu tidak harus angkat
senjata dan menyelam di lautan pertempuran. Itu pertimbangan Soekarno...Kalau
sampean bilang tulisan Kartini biasa-biasa saja, sungguh aku harus
bilang: Kamu harus (benar-benar) banyak baca!!! Pemimpin redaksi De Echo
di Jogjakarta saat itu sampai minta ortunya Kartini biar mau nulis buat
rubrik khusus. Koran-koran Belanda itu ngemis tulisan Kartini. Kartini
sering nolak. Sampai-sampai ia harus pake anonim “Tiga Saudara” kalo
nulis lho...kalau menilai tulisan Kartini biasa-biasa saja, kamu
benar-benar harus banyak baca! Tanpa Kartini, dunia memang tahu Hindia
Belanda. Tapi siapa sih yang tahu soal Koja kalau bukan dari reportase
Kartini?Serius, Kartini tuh mereportase, dan bertitimangsa 1890-an. Ini
soal sejarah Kepala Bumipuetra pertama di Indonesia…Kartini jadi
pahlawan karena ia meninggalkan tulisan. Tulisannya bukan pepesan
kosong…Pemikiran Kartini jauh melampaui orang-orang di zamannya, bahkan
bangsawan dan lelaki sekalipun http://t.co/3qHSxKHWkA...Kalau meragukan
tulisan karya Kartini adalah benar-benar dari Kartini, mungkin karena
riset itu tidak tercantum nama Kartini sebagai penulisny... Kartini
sering nulis. kadang disimpen di lemari. Saat KITLV datang, tulisan
Kartini disetorkan sendiri oleh ayahnya...Sangat disayangkan kalau masih
ada yang menyangsikan kepahlawanan Kartini hanya karena ia akhirnya
dipoligami, padahal suaranya anti-feodal…Kalau mau baca barang sebentar
tulisan-tulisan Kartini, pasti terdiam. Perempuan sehebat ini tidak
salah jika disebut Pahlawan Nasional!”
Berikut serba – serbi Kartini yang disadur dari sebuah halaman blog :
1) Majalah Kartini
"Kartini adalah majalah wanita yang didirikan oleh Lukman Umar. Majalah
Kartini pertama kali diterbitkan pada tahun 1973 dan sangat populer di
Indonesia. Edisi bahasa Indonesianya diterbitkan oleh Kartini Group.
Selain edisi cetaknya, ada pula edisi online nya."
2) Nama Universitas
Nama bu Kartini di jadikan nama salah satu Universitas di Surabaya,
tepatnya di Jl. Raya Nginden No. 19-23 Surabaya, Jawa Timur. Perguruan
Tinggi Swasta ini berdiri sejak tahun 1986, yang terletak di kawasan
Surabaya Timur dengan empat lantai. Kampus ini membuka program D3, S1,
dan S2 yang memiliki fakultas hukum, ekonomi, tehnik dan
pariwisata.Walaupun namanya Universitas Kartini, tapi kampus ini tidak
hanya untu perempuan saja.
3) Nama Film
R.A. Kartini adalah sebuah filmdramaperjuanganIndonesia yang diproduksi
pada tahun 1984. Film yang disutradarai oleh Sjumandjaja ini dibintangi
antara lain oleh Yenny Rachman, Bambang Hermanto dan Adi Kurdi. Film ini
mengisahkan tentang perjuangan R.A. Kartini dalam memperjuangkan hak
kaum wanita Indonesia yang pada saat itu masih belum disetarakan dengan
hak-hak kaum pria dalam hal mendapatkan pendidikan dan sebagainya
(emansipasiwanita).
4) Nama Museum
Jika anda datang ke Kota Jepara jangan lewatkan untuk mampir ke Museum
R.A.Kartini yang berada di tengah-tengah jantung Kota Jepara, Jalan
Alun-alun No.1 Jepara sebelah barat daya Pendapa Kabupaten Jepara.
Lokasinya memang sangat strategis, persisnya sebelah timur Kantor Pusat
Pemerintahan Kabupaten, sebelah selatan Alun-alun dan Masjid Besar,
sebelah barat Kodim Jepara dan sebelah utara shopping centre ( Pusat
Perbelanjaan ).
Museum R.A.Kartini sendiri didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 atas
usulan wakil-wakil rakyat Jepara dan didukung bantuan dari mantan
Presiden Soeharto, pada era Jepara dipimpin oleh Bupati Suwarno Djojo
Mardowo, S.H. dan diresmikan pada tanggal 21 April 1977 tepat seabad
peringatan R.A.Kartini oleh Bupati Jepara, Sudikto S.H. Museum ini
didirikan sebagai penghargaan terhadap R.A.Kartini perintis emansipasi
Wanita Indonesia.Dan saat ini dikelola oleh Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan di bawah Pemerintah Daerah kabupaten Jepara.
Museum R.A.Kartini berdiri di atas tanah seluas 5.210 meter persegi,
dengan luas bangunan 890 meter persegi yang terdiri atas beberapa
gedung. Selain menyajikan benda-benda peninggalan R.A.Kartini maupun
kakaknya R.M.P. Sosrokartono, juga menyimpan benda-benda kuno
peninggalan sejarah dan budaya hasil temuan di wilayah Kabupaten Jepara.
5) Nama Pantai
Obyek Wisata Pantai Kartini terletak 2,5 km ke arah barat dari Pendopo
Kabupaten Jepara. Obyek wisata ini berada di kelurahan Bulu kecamatan
Jepara dan merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan.
Berbagai sarana pendukung seperti dermaga, sebagian aquarium Kura-kura,
motel, permainan anak-anak (komedi putar, mandi bola, perahu arus), dan
lain-lain telah tersedia untuk para pengunjung. Suasana di sekitar
pantai yang cukup sejuk memang memberikan kesan tersendiri buat
pengunjung, sehingga tempat ini sangat cocok untuk rekreasi keluarga
atau acara santai lainnya.
Pantai Kartini menduduki peringkat pertama apabila dilihat dari jumlah
pengunjungnya. Hal ini karena pantai Kartini yang mempunyai luas sekitar
3,5 hektar ini memiliki potensi alam berupa pemandangan pantai yang
indah, ombak yang kecil dengan pasir putihnya, serta topografi pantai
yang landai. Selain dapat menikmati indahnya pantai Kartini, kita dapat
juga menikmati naik perahu atau kapal motor menuju pulau Panjang atau
pulau Karimunjawa. Sementara disekitar pantai Kartini kita dapat
menikmati berbagai fasilitas.
6) Nama Penghargaan
Kartini Award adalah kegiatan tahunan organisasi yang dibentuk pada
tahun 1995, bagi para wanita yang telah melakukan hal-hal inspiratif
dalam kehidupannya. Tahun ini ada 7 perempuan inspiratif yang menerima
penghargaan WITT-Kartini Award 2014.
7) Nama Jalan di Belanda
*Utrecht: Di Utrecht Jalan R.A. Kartini atau Kartinistraat merupakan
salah satu jalan utama, berbentuk 'U' yang ukurannya lebih besar
dibanding jalan-jalan yang menggunakan nama tokoh perjuangan lainnya
seperti Augusto Sandino, Steve Biko, Che Guevara, Agostinho Neto.
*Venlo: Di Venlo Belanda Selatan, R.A. Kartinistraat berbentuk 'O' di
kawasan Hagerhof, di sekitarnya terdapat nama-nama jalan tokoh
wanitaAnne Frank dan Mathilde Wibaut.
*Amsterdam: Di wilayah Amsterdam Zuidoost atau yang lebih dikenal dengan
Bijlmer, jalan Raden Adjeng Kartini ditulis lengkap. Di sekitarnya
adalah nama-nama wanita dari seluruh dunia yang punya kontribusi dalam
sejarah: Rosa Luxemburg, Nilda Pinto, Isabella Richaards.
*Haarlem: Di Haarlem jalan Kartini berdekatan dengan jalan Mohammed
Hatta, Sutan Sjahrir dan langsung tembus ke jalan Chris Soumokilpresiden
kedua Republik Maluku Selatan.
Berikut bukti mengenai jejak keturunan Kartini
Tulisan ini disadur dari sebuah halaman blog mengenai hal yang bersangkutan :
“……. yang menggerakkan saya untuk menulis artikel ini adalah karena saya
telah menikah selama hampir 7 (tujuh) tahun dengan salah satu keturunan
RA. Kartini dan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, seorang
bupati dari Rembang. Yuppp.. seperti model keluarga Jawa pada umumnya,
pertemuan keluarga rutin diadakan tiap bulan di rumah keturunan Beliau.
Apalagi menjelang tanggal 21 April seperti ini, biasanya akan dikirimkan
utusan keluarga dari berbagai daerah untuk khusus nyekar ke makam
Beliau di Rembang……..” ;
Ketika tengah mencari info tentang silsilah dan keturunan R.A. Kartini,
kami temukan paragraf di atas yang merupakan petikan dari alamat situs
http://mubarika-darmayanti.com/1303/ra-kartini-1001-perempuan-yang-berpengaruh-di-dunia-sosialmedia/
. Ya, Mubarika Darmayanti seorang blogger Indonesia mengaku bahwa dia
telah menjadi bagian keluarga besar R.A. Kartini sejak 7 tahun yang
lalu. Menilik beberapa temuan yang ada, kami rasa Mubarika Darmayanti
bukanlah seorang pembual.
Dari sumber artikel ke [2] yang menceritakan kepada kita sedikit kisah
tentang Singgih/ RM Soesalit (keturunan semata wayang dari R.A Kartini)
sebagai berikut : “… RM Soesalit pernah menjabat sebagai Panglima Divisi
III/ Diponegoro di kota Yogyakarta dan Magelang ( periode 1 Oktober
1946 – 1 Juni 1948) dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. RM Soesalit
menikahi Gusti Bendoro A.A Moerjati, putri Susuhunan Paku Buono IX dan
mempunyai dua putri yaitu R.A Srioerip dan R.A Sri Noerwati (putra
pertama meninggal dan istri RM Soesalit meninggal saat melahirkan putri
kedua). Dalam perjalanan waktu, RM Soesalit memperistri Ray. Loewiyah
Soesalit DA dan mempunyai Putra tunggal, yaitu : RM. Boedi Setiyo
Soesalit (cucu RA Kartini) yang menikahi Ray. Sri Biatini Boedi Setio
Soesalit. Dari pernikahan itu dikarunia 5 orang anak (cicit dari R.A
Kartini) yakni: RA. Kartini Setiawati Soesalit, RM. Kartono Boediman
Soesalit,RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM.
Rahmat Harjanto Soesalit. Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat sendiri
meninggal di sebuah ruangan di bangsal Pavilliun Rumah Sakit RSPAD pada
17 Maret 1962, tepat jam 05.30 WIB, di makamkan di desa Bulu, Rembang
dekat dengan makam ibundanya RA Kartini. Tepat tanggal 21 April 1979,
alm Mayjen RM Soesalit Djojo Adiningrat mendapat anugerah dari
Pemerintah Republik Indonesia berupa Tanda Kehormatan Bintang Gerilya… ”
Itulah salah satu bukti bahwa hingga saat ini masih ada keturunan/keluarga asli dari Raden Ajeng Kartini.
Penghargaan R.A. Kartini
- Tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan
- Setiap tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini
- Namanya dijadikan nama jalan di beberapa kota di Belanda. Seperti di Utrecht, Venlo, Amsterdam, Haarlem
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang tahu menghargai jasa-jasa para pahlawannya.”
Demikianlah ulasan mengenai Biografi Lengkap Kisah dan Kiprah R.A. Kartini. semoga jasa-jasa Memberikan kepada kita dan menjadi motivasi untuk kita kedepannya. Terimakasih