Proses Penciptaan Manusia di Dalam Al-Qur’an
Allah SWT telah
menceritakan proses penciptaan manusia di dalam Al-Qur’an secara terperinci,
Allah berfirman dalam surat Al-Mu’minun, “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.”
(QS. Al-Mu’minun : 12-14).
Dokter ahli
kandungan nomor satu di dunia menyebutkan, bahwa semua yang disebutkan di dalam
Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW tentang proses penciptaan manusia
adalah sesuai dengan yang ditemukan pada ilmu pengetahuan modern. (Proses Penciptaan Manusia di Dalam Al-Qur’an).
Inilah doktor ahli
kandungan nomor satu di dunia, doktor berkebangsaan Kanada, Keith Moore. Dia
memiliki sebuah buku yang diterjemahkan ke dalam delapan bahasa; dipelajari di
sebagian besar universitas-universitas di dunia. Dia menyampaikan pidato dengan
tema “Keselarasan Ilmu Kandungan dengan Apa yang Terdapat dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah” di Universitas Al-Malik Faishal. Dia berkata, “Sungguh ilmu
pengetahuan ini, yang terdapat dalam Al-Qur’an, membuktikan kepada saya bahwa
Al-Qur’an yang dibawa oleh Muhammad datang dari sisi Allah, sebagaimana juga
membuktikan bahwa Muhammad adalah seorang rasul yang diutus oleh Allah.”
Dia juga berkata
dalam pidatonya, “Manusia ketika pertama kali diciptakan dalam perut ibunya
berbentuk segumpal darah. Kemudian setelah itu ciptaannya meningkat menjadi
segumpal daging. Kemudian berubah menjadi tulang-belulang. Dan kemudian
dibungkus dengan daging.” Dan katanya, “Semua yang kami dapatkan dalam
penelitian-penelitian kami, kami mendapatkannya tertera dalam Al-Qur’an.”
Seorang doktor
lain berkebangsaan Amerika, profesor dalam bidang ilmu kandungan, berkata pada
muktamar yang diselenggarakan oleh Kerajaan Saudi Arabia di Riyadh, “Nash-nash
Al-Qur’an memaparkan rincian yang lengkap tentang proses pertumbuhan manusia,
dimulai dari tahap tetesan mani sampai pada tahap pertumbuhan menjadi tulang
dan tubuh.” Dan katanya, “Belum ada dalam sejarah manusia, ditemukan paparan
tentang proses pertumbuhan manusia yang gamblang seperti ini.”
Proses Penciptaan
Manusia
Penciptaan manusia
dan aspek-aspeknya yang luar biasa itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa
informasi di dalam ayat-ayat ini sedemikian rinci sehingga mustahil bagi orang
yang hidup di abad ke-7 untuk mengetahuinya. Beberapa di antaranya sebagai
berikut:
Manusia tidak
diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa). (Proses Penciptaan Manusia di Dalam Al-Qur’an).
Sel kelamin
laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
Janin manusia
melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
Manusia berkembang
di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
Setetes Mani
Selama
persetubuhan seksual, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu
waktu. Sperma-sperma melakukan perjalanan 5-menit yang sulit di tubuh si ibu
sampai menuju sel telur. Hanya seribu dari 250 juta sperma yang berhasil
mencapai sel telur. Sel telur, yang berukuran setengah dari sebutir garam,
hanya akan membolehkan masuk satu sperma. Artinya, bahan manusia bukan mani
seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam
Al-Qur’an :
“Apakah manusia
mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang
dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37)
Seperti yang telah
kita amati, Al-Qur’an memberi tahu kita bahwa manusia tidak terbuat dari mani
selengkapnya, tetapi hanya bagian kecil darinya. Bahwa tekanan khusus dalam
pernyataan ini mengumumkan suatu fakta yang baru ditemukan oleh ilmu
pengetahuan modern itu merupakan bukti bahwa pernyataan tersebut berasal dari
Ilahi.
Segumpal Darah
Yang Melekat di Rahim
Ketika sperma dari
laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, intisari bayi yang akan lahir
terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu biologi ini akan
segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal
daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan
mikroskop.
Namun, zigot
tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada
dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya.
Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari
tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. (Moore, Keith L., E. Marshall Johnson, T.
V. N. Persaud, Gerald C. Goeringer, Abdul-Majeed A. Zindani, and Mustafa A.
Ahmed, 1992, Human Development as Described in the Qur’an and Sunnah, Makkah,
Commission on Scientific Signs of the Qur’an and Sunnah, s. 36)
Di sini, pada
bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada
zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “‘alaq” dalam
Al Qur’an:
“Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari
‘alaq (segumpal darah). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah.” (QS Al
‘Alaq:1-3)
Arti kata “‘alaq”
dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini
secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh
untuk menghisap darah.
Pembungkusan
Tulang oleh Otot
Sisi penting lain
tentang informasi yang disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an adalah tahap-tahap
pembentukan manusia dalam rahim ibu. Disebutkan dalam ayat tersebut bahwa dalam
rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot
yang membungkus tulang-tulang ini.
“Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al
Mu’minun:14)
Embriologi adalah
cabang ilmu yang mempelajari perkembangan embrio dalam rahim ibu. Hingga
akhir-akhir ini, para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam
embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang
menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun,
penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan
perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa
pernyataan Al
Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di
tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi
dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama,
jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang
terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus
tulang-tulang ini.
Peristiwa ini
digambarkan dalam sebuah terbitan ilmiah dengan kalimat berikut:
Dalam minggu
ketujuh, rangka mulai tersebar ke seluruh tubuh dan tulang-tulang mencapai
bentuknya yang kita kenal. Pada akhir minggu ketujuh dan selama minggu
kedelapan, otot-otot menempati posisinya di sekeliling bentukan tulang. (Moore,
Developing Human, 6. edition,1998.)
Tiga Tahapan Bayi
Dalam Rahim
Dalam Al Qur’an
dipaparkan bahwa manusia diciptakan melalui tiga tahapan dalam rahim ibunya.
“… Dia menjadikan
kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang
(berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan yang mempunyai kerajaan.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; maka bagaimana kamu dapat
dipalingkan?” (Al Qur’an, 39:6)
Sebagaimana yang
akan dipahami, dalam ayat ini ditunjukkan bahwa seorang manusia diciptakan
dalam tubuh ibunya dalam tiga tahapan yang berbeda. Sungguh, biologi modern
telah mengungkap bahwa pembentukan embrio pada bayi terjadi dalam tiga tempat
yang berbeda dalam rahim ibu. Sekarang, di semua buku pelajaran embriologi yang
dipakai di berbagai fakultas kedokteran, hal ini dijadikan sebagai pengetahuan
dasar. Misalnya, dalam buku Basic Human Embryology, sebuah buku referensi utama
dalam bidang embriologi, fakta ini diuraikan sebagai berikut:
“Kehidupan dalam
rahim memiliki tiga tahapan: pre-embrionik; dua setengah minggu pertama,
embrionik; sampai akhir minggu ke delapan, dan janin; dari minggu ke delapan
sampai kelahiran.” (Williams P., Basic Human Embryology, 3. edition, 1984, s.
64.)
Fase-fase ini
mengacu pada tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan seorang bayi.
Ringkasnya, ciri-ciri tahap perkembangan bayi dalam rahim adalah sebagaimana
berikut:
- Tahap
Pre-embrionik
Pada tahap
pertama, zigot tumbuh membesar melalui pembelahan sel, dan terbentuklah
segumpalan sel yang kemudian membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring
pertumbuhan zigot yang semakin membesar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri
mereka sendiri guna membentuk tiga lapisan.
- Tahap Embrionik
Tahap kedua ini
berlangsung selama lima setengah minggu. Pada masa ini bayi disebut sebagai
“embrio”. Pada tahap ini, organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-
lapisan sel tersebut.
- Tahap fetus
Dimulai dari tahap
ini dan seterusnya, bayi disebut sebagai “fetus”. Tahap ini dimulai sejak
kehamilan bulan kedelapan dan berakhir hingga masa kelahiran. Ciri khusus
tahapan ini adalah terlihatnya fetus menyerupai manusia, dengan wajah, kedua
tangan dan kakinya. Meskipun pada awalnya memiliki panjang 3 cm, kesemua
organnya telah nampak. Tahap ini berlangsung selama kurang lebih 30 minggu, dan
perkembangan berlanjut hingga minggu kelahiran.
Yang Menentukan
Jenis Kelamin Bay
“Dialah yang
menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita, dari air mani, apabila
dipancarkan.” (QS An Najm:45-46)
Cabang-cabang ilmu
pengetahuan yang berkembang seperti genetika dan biologi molekuler telah
membenarkan secara ilmiah ketepatan informasi yang diberikan Al Qur’an ini.
Kini diketahui bahwa jenis kelamin ditentukan oleh sel-sel sperma dari tubuh
pria, dan bahwa wanita tidak berperan dalam proses penentuan jenis kelamin ini.
Kromosom adalah
unsur utama dalam penentuan jenis kelamin. Dua dari 46 kromosom yang menentukan
bentuk seorang manusia diketahui sebagai kromosom kelamin. Dua kromosom ini
disebut “XY” pada pria, dan “XX” pada wanita. Penamaan ini didasarkan pada
bentuk kromosom tersebut yang menyerupai bentuk huruf-huruf ini. Kromosom Y
membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kelelakian, sedangkan kromosom X
membawa gen-gen yang mengkode sifat-sifat kewanitaan.
Pembentukan
seorang manusia baru berawal dari penggabungan silang salah satu dari kromosom
ini, yang pada pria dan wanita ada dalam keadaan berpasangan. Pada wanita,
kedua bagian sel kelamin, yang membelah menjadi dua selama peristiwa ovulasi,
membawa kromosom X. Sebaliknya, sel kelamin seorang pria menghasilkan dua sel
sperma yang berbeda, satu berisi kromosom X, dan yang lainnya berisi kromosom
Y. Jika satu sel telur berkromosom X dari wanita ini bergabung dengan sperma
yang membawa kromosom Y, maka bayi yang akan lahir berjenis kelamin pria.
Dengan kata lain,
jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis kromosom mana dari pria yang bergabung
dengan sel telur wanita.
…..
Saripati Tanah
dalam Campuran Air Mani
Cairan yang
disebut mani tidak mengandung sperma saja. Cairan ini justru tersusun dari
campuran berbagai cairan yang berlainan. Cairan-cairan ini mempunyai
fungsi-fungsi semisal mengandung gula yang diperlukan untuk menyediakan energi
bagi sperma, menetralkan asam di pintu masuk rahim, dan melicinkan lingkungan
agar memudahkan pergerakan sperma.
Yang cukup
menarik, ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta ini, yang ditemukan oleh
ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai
cairan campuran:
“Sungguh, Kami
ciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur, lalu Kami beri dia
(anugerah) pendengaran dan penglihatan.” (Al Qur’an, 76:2)
Di ayat lain, mani
lagi-lagi disebut sebagai campuran dan ditekankan bahwa manusia diciptakan dari
“bahan campuran” ini:
“Dialah Yang
menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari
tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al
Qur’an, 32:7-8)
Kata Arab
“sulala”, yang diterjemahkan sebagai “sari”, berarti bagian yang mendasar atau
terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti “bagian dari suatu
kesatuan”. Ini menunjukkan bahwa Al Qur’an merupakan firman dari Yang
Berkehendak Yang mengetahui penciptaan manusia hingga serinci-rincinya. Yang
Berkehendak ini ialah Pencipta manusia