A. Modal Bisnis Berselimut Cinta Khas
Rasulullah
Berbicara soal karir seseorang ataupun bisinis
seseorang, terdapat satu kata yang sering diucapkan jika seseorang telah
berhasil dalam karir atau bisnisnya. Kata itu adalah sukses.
Relevansinya dengan modal, tentunya seseorang
memiliki strategi dalam memaksiimalkan karir bisnisnya, salah satunya adalah
modal. Rasulullah Saw. memberikan beberapa modal untuk meraih sukses dalam
bidang bisnis, yaitu ada 7 modal bisnis yang mana penuh dengan makna cnta
didalamnya :
1.
Mencintai Diri Sendiri
Kita hadir bukanlah karena sebuah kebetulan, bukan
karena kecelakaan, namun kita memliki kode DNA sendiri yang benar-benar unik,
yang merupakan stampel keaslian kita.
Semua manusia, tanpa terkecuali terlahir sebagai
orang yang kaya. Cobalah kita periksa kekayaan apa saja yang telah kita miliki;
ada dua mata indah yang menghias raut wajah kita. Mata yang mahal harganya.
Kamudian gijal kita, yang mahal juga harganya. Kemudian otak yang luar biasa,
yang harganya tidak akan ternilai. Bagaimana dengan kedua daun telinga kita,
kadua tangan kita, kadua kaki kita. Ini belum kesehatan dan waktu yang
diberikan Allah kepada kita. Semua itu adalah asset yang bukan liabilitas dan
sangan besar jika kita sadari dengan panuh pemikiran. Maka begitu kayanya diri
kita, bahkan Allah Swt. Dzat pencipta kita, terang-terangan memuji kita sebagai
sebagus-bagusnya ciptaan.
Dunia entrepreneurship
dan dunia bisnis adalah dunia memberi. Kita memberikan produk kepada orang
lain, lalu orang lain pun memberikan sesuatu kepada kita. Ada hubungan simbiosis mutualisme antara atasan dengan bawahannya, antara
penjual dengan pembeli, antara sesame, dan lain sebagaiinya. Demikianlah kehidupan manusia, tak ubahnya
seperti ajang pertukaran keuntungan.
Dalam anekaragam hubungan tersebut, ada satu kaidah
yang berlaku untuk semua. Seseorang harus terlebih dahulu memiliki nilai, agar
orang lain mau memakai dirinya. Seseorang harus terlebih dahulu membuat dirinya
berharga, agar orang lain melihat betapa berharganya dirinya. Dan tangga
kesuksesan hanya bisa didaki oleh orang-orang yang cinta kepada dirinya sendiri
dan percaya akan kehebatan dirinya. Kesuksesan hanya mendatangi orang yan mampu
menghargai dirinya sendiri, yang mampu memberikan nilai pada dirinya sendiri.
Meniti jalan panjang kehiduan ini, teramat banyak
kerikil-kerikil tajam yang siap menjadi batu sandungan. Ada anekaragam rintangan yang menghambat
perjalanan untuk maju. Namun, hambatan yang paling besar sesungguhnya tidak
dating dari luar, tetapi dari dalam diri kita sendiri. Keraguan akan kemampuan
diri sendiri, perasaan memandang diri terlalu rendah, yang ujungnya menjadi
penyebab kegagalan.
- Mencintai Waktu
Dalam kehidupan ini, sesungguhnya ada satua anugerah
yang seringkali dilupakan oleh manusia, anugerah yang diberikan secara merata
oleh Allah Ta’ala, meskipun dengan jatah yang berbeda. Anugerah itu bernama
waktu.
Seorang businessman
melihat waktu seperti tumpukan rupiah yang menanti untuk diraih. Dan waktu
adalah sebuah modal utama untuk mencapai tahapan kesuksesan tertentu, baik itu
ilmu, harta bahkan kebahagiaan di akhirat kelak.
Waktu bagaikan uang, yang dapat dihambur-hamburkan
seenak hati atau memilih untuk menginvestasikannya. Bila waktu itu dihamburkan,
maka waktu akan habis dan tidak mungkin diiambil kembali. Namun jika
diinvetasikan, kelak kita sendiri tidak akan percaya betapa banyak yang telah
kita raih.
Mencintai waktu dalam dunia entrepreneurship adalah sebuah keharusan. Kepedulian untuk
memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin, menjadi ukuran utama dalam meniti
tangga kesuksesan. Pada masing-masing detik, memiliki harga yang tak mungkin
terhentikan oleh apapun, sebuah harga yang akan menguap begitu saja apabila
kita terlena meski hanya sedikit.
Kita tidak akan mungkin dapat menghemat waktu, kita
tidak bias menghentikannya meski hanya sesaat. Dalam kondisi apapn waktu akan
terus mengalir di hadapan kita. Oleh karena itu, yang bisa kita lakukan adalah
menggunakannya dengan cermat. Sesungguhnya, setiap bagian kehidupan yang kita
capai saat ini, menunjukkan seperti apa kita menggunakan waktu kita pada masa
lampau. Maka, jika menginginkan masa depan yang berbeda, maka kita harus
menggunakan waktu dengan cara yang berbeda juga. Kita harus mengubah cara kita
memandang diri sendiri dan bagaimana menggunakan waktu untuk meraih setiap
mimpi yang diidam-idamkan.
Sadar akan begitu pentingnya waktu, Rasulullah Saw.
telah memberikan nasihat yang bijak kepada kita :
“Jagalah lima perkara, sebelum dating lima perkara;
masa muda sebelum masa tua, masa sehat sebelum masa sakit, masa kaya sebelum
miskin, masa lapang sebelum masa sempit, masa hidup sebelum masa mati.”
Janganlah
menunggu lagi, tapi bertindaklah saat ini, sebelum engkau terlambat. Kesempatan
masa mudamu akan segera berlalu, maka pergunakanlah selagi masih dalam
genggamanmu, masa sehatmu tidaklah selamanya, maka bersegeralah melakukan
sesuatu, begitu juga masa lapangmu, masa kayamu, juga masa hidupmu. Lakukan
sesuatu yang berguna untuk diri kita, juga untuk orang-orang disekeliling kita,
dan jangan pernah lengah. Ini juga yang difirmankan Allah Swt. :
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ
وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ
تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebarlah
kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.” [QS.Al-Jumu’ah [62] : 10]
Jika ingin sukses dan berjaya dalam hidup,
gunakanlah waktu sebagai modal terbaik kita. Itulah cara kita mencintai waktu
sebagai modal kedua terbesar untuk sukses, kaya dan berjaya. Dan Rasulullah
adalah teladan terbaik dalam menghargai waktu, sehingga beliau bisa menjadi
sukses tak terperikan.
- Mencintai Pekerjaan
Bekerja adalah bagian dari kehidupan manusia yang
tidak mungkin ditinggalkan oleh siapapun orangnya. Apakah ia tinggal di desa
ataupun tinggal di kota.
Apakah ia anak pejabat ataupun anak seorang petani kecil. Apakah ia seorang
terpelajar ataupun tidak terpelajar. Mereka semua butuh bekerja, butuh
pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Begitu manusia lahir, maka ia harus memenuhi
kebutuhan hidupnya. Ia membutuhkan makanan, tempat tinggal, sandang, dan
kebutuhan-kebutuhan lainya. Ketika seseorang masih kecil, kebutuhan itu
dipenuhi keluarganya. Namun ketika usia mulai beranjak dewasa, mau tidak mau ia
harus memenuhi kebutuhannya sendiri. Dan untuk itu, ia harus bekerja.
Dalam dua puluh empat jam sehari, rata-rata orang
menghabiskan separo waktunya ditempat kerja. Keluar di pagi hari dan baru
pulang saat malam mulai menyelubungi bumi. Dan untuk separo kehidupan itu, ia
memiliki kebebasan untuk memilih.
Banyak orang yang menerima gaji besar dari pekerjaan
yang dilakukannya. Banyak orang yang memperoleh banyak waktu cuti dari
hari-hari bekerjanya. Mendapatkan bantuan ongkos rumah sakit dan purna jabatan.
Tetapi, pekerjaan yang ia lakukan benar-benar ia tidak sukai. Setiap hari ia
merasa tersiksa dengan pekerjaannya. Dari sisi luar, dia memang orang yang
kaya, mobilnya mewah, tetapi sesungguhnya ia adalah orang yang gagal. Pekerjaan
yang semestinya sebagai sarana meraih kebahagiaan justru sebaliknya, pekerjaan
itu menuntut pelakunya mengorbankan kesenangan dan kebahagiaannya sendiri.
Ingat, jangan pernah bekerja hanya untuk uang,
karena itu tidak akan pernah memuaskan, tidak juga membantu kita tidur nyenyak
di malam hari. Bekerjalah karena panggilan hidup, karena passion. Sebab, dengan begitu kita akan meraih kesenangan dan
kebahagiaan hidup, seberat dan sesusah apa pun pekerjaan yang kita jalankan.
Sungguh ketika kita bekerja karena passion,
maka akan menjadikan pekerjaan sebagai hobi, bukan sebagai kewajiban,
apalagi beban. Dan jika kita mengganggap pekerjaan sebagai kewajiban maupun
beban, maka hidup kita tidak akan pernah bahagia.
Dalam dunia entrepreneurship,
kecintaan terhadap apa yang kita lakukan sesungguhnya menjadi persoalan yang
amat fundamental. Dengan berbekal rasa cinta yang besar itulah kita bias
mencurahkan seluruh pikiran kita untuk pekerjaan kita. Kreatifitas pun akan
muncul dengan sendirinya, dan kita akan melakukan pekerjaan kita dengan riang
dan waktu yang tidak terbatas. Saat persoalan muncul, kita pun tertantang untuk
menuntaskannya.
Orang yang paling sukses adalah orang yang menikmati
pekerjaannya. Kebahagiaan hidup yang sebenarnya berasal dari keasyikan kreatif
yang menyeluruh dalam suatu pekerjaan, dan bukan hasil dari luar pekerjaan itu.
Bila kita menikmati pekerjaan kita maka kita akan merasakan suatu perasaan
keselarasan, penuh arti dan kenyamanan. Perasaan berhasil dalam diri dalam
jangka panjang akan meningkatkan keberhasilan.
Orang yang paling sukses adalah seseorang yang
mencintai pekerjaannya. Dengan kecintaannya, ia menganggap sesuatu yang
berhubungan dengan pekerjaannya sebagai sesuatu yang menyenangkan. Karena
perasaan senang itulah ia begitu bersemangat dalam menjalani pekerjaannya,
selalu memberikan energi yang lebih, selalu bekerja dengan konsentrasi yang
penuh dan tentunya selalu memberikan waktu yang maksimal. Ia sendiri tidak lagi
merasakan pekerjaan layaknya sebuah pekerjaan, tapi sebuah permainan yang mengasyikkan
dan petualangan yang menantang.
Bagi mereka, sebuah pekerjaan layaknya sebuah
aktivitas seni, dan karenanya benar-benar terasa menyenagkan. Tidak sedikit
dari mereka, yang mau melakukannya tanpa digaji, apalagi itu justru
menghasilkan pundit-pundi uang.
Bagaimana dengan Rasulullah ? Soal kecintaannya
dengan pekerjaan, tidak usah diragukan lagi. Sejak kecil, Muhammad kecil begitu
menikmati pekerjaannya sebagai penggembala kambing. Buktinya, kambing yang
digembala beliau selalu gemuk-gemuk dan tidak pernah berkurang jumlahnya.
Sehingga waktu itu, banyak pemilik kambing yang kambingnya ingin digembala oleh
Muhammad kecil. Saat mulai beranjak remaja dan dewasa, Muhammad muda sangat
mencintai dunia bisnis.
Itulah kenapa ketika beliau tahu pamannya mau berdagang
ke negri Syam, beliau menawarkan dirinya
agar bias ikut serta. Begitu diiyakan, kesempatan itu tidak
disia-siakannya. Ia pergunakan dengan baik. Dan akhirnya Muhammad muda dikenal
dan terkenal sebagai CEO terbaik dan termahaal saat itu, sehingga sang investor
terbesar dan terkaya di Makkah, Siti Khadijah jatuh hati kepadanya.
Ternyata kecintaan beliau terhadap pekerjaannya
tidak berhenti sampai di situ. Bahkan terus berlanjut hingga Muhammad diangkat
menjadi Rasul oleh Allah Ta’ala. Justru semenjak menjadi Rasul, kecintaan
beliau terhadap pekerjaan semakin ditingkatkan. Dari yang tadinya sekedar
duniawi, yakni pemenuhan hidup belaka, menjadi bernilai ukhrawi. Bahwa bekerja,
apapun pekerjaannya, menurut Rasulullah Saw. harus dilakukan karena Alla, untuk
kebaikan di dunia dan di akhirat. Bahwa bekerja adalah ibadah. Dan karena
ibadah, siapapun yang bekerja dengan giat, ia akan dijanjikan pahala yang baik
oleh Allah. Begitulah cara Rasulullah menghargai pekerjaan. Begitu tinggi,
begitu mulya dan begitu dicintai.
- Mencintai Konsumen
Pelanggan adalah raja. Inilah ajaran kuno yang
melekat kuat dalam benak kita. Para pelanggan
itulah yang membuat roda ekonommi berputar. Mereka juga yang bisa memenuhi
pundi-pundi kita dengan uang. Apa yang akan mereka keluarkan adalah kunci
keberhasilan sebuah usaha. Seberapa banyak keuntungan yang bisa didapat, itu
bergantung pada seberapa banyak barang yang laku terjual. Sementara itu, berapa
banyaknya barang dagangan itu laku, teramat bergantung pada suasana hati
mereka. Dan demikianlah, jauh sebelum persoalan kualitas produk, yang tidak
kalah pentingnya dalam dunia bisnis adalah, bagaimana kita menyentuh hati para
konsumen kita.
Cintailah pelanggan. Karena itu bagian dari
keuntungan yang unlimited bagi bisnis
kita. Satu orang terkesan, bukan hanya dirinya yang akan kembali melakukan
transaksi. Sangatlah mungkin, akan mengundang orang lain,yang mendengar kisah
mengesankan yang dituturkan pelanggan tersebut.
Dalam dunia bisnis, pelayanan menjadi unsur yang
paling utama. Siapa yang paling baik memberikan pelayanan dialah yang paling
berhak mendapatkan segala keuntungan
Dalam dunia bisnis, persoalan cinta menjadi
persoalan yang krusial. Semakin besar rasa cinta kita kepada
pelanggan-pelanggan kita, semakin baik
perlakuan kita kepada mereka, semakin nyamanlah mereka.
Semakin nyaman pelanggan kita semakin suka ia
berbisnis dengan kita. Belum lagi jika ia menceritakan kepada teman-temannya
betapa baiknya kita terhadap mereka. Maka sudah pasti relasi kita akan terus
bertambah, dan itu berarti akan menambah kauntungan dalam bisnis kita.
Dalam masyarakat, pasar seperti tempat kita tinggal
saat ini, semua transaksi dilakukan dengan sukarela. Orang membeli suatu barang
karena ia membutuhkannya. Dan jika ia memperoleh kebutuhannya dengan kualitas
baik dan harga yang wajar atau merasa tidak tertipu, ia pasti akan puas. Dan
sebaliknya, ia akan kecewa dan jera. Dalam hokum pasar tersebut, semakin jujur
kita kepada konsumen, semakin banyak dan semakin baik kita melayani konsumen,
maka semakin banyak konsumen yang akan memberikan uangnya kepada kita. Mereka
akan menjadi konsumen loyal kita. Dan itulah cara kita mencintai konsumen.
Sungguh, jika sudah basa mencintai konsumen seperti
itu, maka bisa dipastikan, bisnis kita akan susah mengalami kebangkrutan,
meskiun orang lain yang sedang menjalankan bisnis yang sama dengan kita, sedang
berjuang mati-matian agar tidak bangkrit. Sebagaimana termisal dalam sabda
Rasulullah Saw. berikut :
“Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abdul Hamzah, ia
berkata, “Aku telah membeli sesuatu dari Muhammad sebelum beliau menerima tugas
kenabian. Dan karena masih ada satu urusan dengannya, maka aku menjanjikan
untuk mengantarkan kepadanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari
kemudian, aku pun pergi ke tempat tersebut dan Muhammad masih ada di sana. Muhammad berkata,
‘Engkau telah membuat aku resah, aku berada di sini selama tiga hari
menunggumu’.”
[HR. Abu Dawud].
- Mencintai bawahan
Di dunia ini pastilah kita akan menjumpai
beranekaragam manusia, dengan beranekaragam profesi , ada yang menjadi atasan,
ada yang menjadi pegawai rendahan, ada pejabat, pembantu rumah tangga, soopir,
dan lain sebagainya.
Dengan beranekaragam profesi inilah, dunia terasa
lebih indah dan berwarna, tak sekedar indah dan berwarna tetapi dengan anekaragam
profesi ini juga menemukan kemudahan dalam hidupnya.
Disekitar kita memang sangat banyak orang-orang yang
kurang beruntung dengan kita, orang-orang yang bekerja di bawah kita; ada
karyawan, OB perusahaan, pembantu,
sopir, bahkan penyapu jalanan. Secara tidak sadar kita sering memandang mereka
dengan sebelah mata, padahal jika kita merenung, sangatlah berarti bagi kita.
Teramat banyak dari kehidupan kita yang bertumpu pada keberadaan mereka,
teramat banyak jasa yang telah mereka lakukan untuk kita.
Bayangkan ketika kita memperlakukan bawahan kita
dengan baik dan penuh cinta. Sungguh, hasilnya akan luar biasa. Tidak hanya
keuntungan lahiriah saja yang kita dapat, tapi batin kita pun menjadi sangat
kaya karenanya. Damai di hati, di tempat kerja, di jalanan juga di rumah.
Islam mengajarkan penntingnya memberikan cinta dan
penghormatan kepada orang lain, bahkan kepada orang-orang dibawah kita. Allah
Swt. berfirman :
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ
“ Dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka.”
[QS Hud [11] : 85]
Dan Rasulullah
Saw. pun bersabda :
“ Demi Dzat yang menggenggam jiwaku, tidak akan
masuk surga hingga kalian beriman, dan tidak akan beriman kecuali kalian saling
mencintai.”
[HR.Muslim]
Menjadi seorang yang sedang berada di atas,
semestinya kita banyak bersyukur. Dalam salah satu rasa syukur itu, bisa kita
ekspresikan dengan menjadi pemimpin yang baik, pemimpin yang menjadikan dirinya
sebagai tempat bernaung bagi orang-orang yang ada di bawahnya, pemimpin yang
tidak pernah kehabisan stok kasih sayang, pemimpin yang menempatkan kepentingan
bawahannya di atas segalanya. Hanya dengan demikian hidup kita akan menjadi
lebih berarti.
Dan Rasulullah adalag teladan yang terbaik yang ada
di muka bumi ini. Salah satu bukti bahwa Rasulullah Saw. sangat mencintai
bawahan dan orang lain adalah, bahwa setiap sahabat yang pernah bertemu dengan
beliau, semuanya selalu merasa paling akrab dan paling istimewa di mata beliau.
Itulah jenis kualitas cinta yang ditunjukkan oleh Nabi Muhammad Saw.
- Mencintai Pimpinan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا
الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah Swt.
dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri diantara kamu.” [QS.An-Nisa [4]
: 59]
Dan seperti
itulah kira- kira yang semestinya dilakukan oleh kaum muslimin dimanapun
berada.
Seorang karyawan yang menempatkan amanah tuannya di
atas segalanya, di tangan karyawan samacam ini pimpinan manapun akan bias tidur
nyenyak, tidak khawatir karyawan akan berulah, melakukan korupsi yang merugikan
perusahaan dengan memberikan laporan palsu.
Dan memang semacam itulah yang semestinya dimiliki
semua karyawan di mana pun ia bekerja. Seorang karyawan semestinya mencintai
pimpinannya, patuh erhadap perintah, dan selalu bertindak kreatif untuk
mencapai hasil yang maksimal. Sudah sepantasnyalah semua bawahan taat kepada
atasannya selama atasannya tidak memerintahkan pada hal-hal yang bertentangan
dengan hokum-hukum Allah.
Membaca kisah Rasulullah Saw., kita akan menjumpai
sebuah teladan yang luar biasa betapa baiknya Rasulullah sebagai karyawan.
Bekerja kepada Siti Khadijah ia telah membuktikan sikap terbaik dan
terprofesionalnya beliau, sampai siti khadijah jatuh hati dan melamarnya untuk
dijadikan suami.
Sebagai seorang karyawan, Muhammad tidak hanya
menunjukan sifat jujur pada pelanggan-pelanggan bosnya, tapi juga jujur kepada
majikannya sendiri. Muhammad telah menunjukkan prestasi yang luar biasa, yang
tidak dapat diraih oleh karyawan manapn sepanjang zaman.
- Mencintai Pesaing
Bisnis dan persaingan laksana dua mata uang yang
tidak mungkin dipisahkan. Pada aspek manapun dalam setiap usaha yang kita
bangun, tidak bisa tidak kita selalu memiliki pesaing. Dari aspek paling kecil
sampai aspek paling besar selalu saja akan kita jumpai competitior.
Dalam hal ini
tidak ada jalan untuk menghindar, dan hanya ada satu cara untuk melenyapkan
semua pesaing kita, yaitu ketika kita mulai berhenti memusuhinya dan berubah
menjadi mencintainya. Sebab kata orang bijak, pesaing bukanlah musuh melainkan
mitra yang akan membuat kita semakin berkembang, pesaing akan memperbesar
pasar, sebab tanpa kompetisi, bisnis tidak akan berkembang.
Mencintai pesaing-pesaing kita, tentu akan lebih
menyenangkan daripada membencinya.
Menganggap mereka sebagai sahabat, pastilah lebih mengenakan daripada
menganggap mereka musuh. Tidak usah risau, bahwa rezeki kita akan hilang karena
adanya pesaing-pesaing itu, karena Allah telah menentukan jatah rezeki orang
masing-masing.
Persaingan dalam dunia bisnis bukanlah hal yang
tabu, melainkan sudah begitu alami. Ia berada dalam medan manapun. Oleh karena itu, bukan
menghilangkan pesaing yang semestinya kita pikirkan, tetapi bagaimana
menghadapi sebuah medan
persaingan dengan cara yang lebih produktif. Tanpa persaingan bisnis tidak akan
maju, karena tidak ada pacuan untuk memberikan yang terbaik kepada konsumen.
Cara
lain yang tidak kalah efektif, dalam menyikapi persaingan adalah mengembangkan
kemampuan dan kapasitas sehebat mungkin. Misalkan dengan meningkatkan daya
kreatifitas. Sehingga pada akhirnya, pesaing kita pun jauh tertinggal. Karena persaingan itu
memperlaris dan menjadi media promosi bisnis yang kita jalankan.