Bagaimanakah hukum memanjangkan kuku
serta meletakkan cutek di atasnya?
Memanjangkan kuku termasuk perbuatan yang berten-tangan
dengan ketentuan as-Sunnah, di mana Nabi -shollallaahu'alaihi wasallam- telah
bersabda,
اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ اَلْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيْمُ اْلأَظَافِرِ وَنَتْفُ اْلإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ"Hal yang fitrah itu ada lima atau lima hal merupakan fitrah, yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur kumis." (HR. Al-Bukhari, bab pakaian (5889); Muslim, bab bersuci (257))
اَلْفِطْرَةُ خَمْسٌ أَوْ خَمْسٌ مِنَ الْفِطْرَةِ اَلْخِتَانُ وَالاِسْتِحْدَادُ وَتَقْلِيْمُ اْلأَظَافِرِ وَنَتْفُ اْلإِبْطِ وَقَصُّ الشَّارِبِ"Hal yang fitrah itu ada lima atau lima hal merupakan fitrah, yaitu khitan, mencukur rambut kemaluan, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur kumis." (HR. Al-Bukhari, bab pakaian (5889); Muslim, bab bersuci (257))
Kuku tidak boleh dibiarkan panjang hingga 40 (empat puluh)
hari. Hal itu berdasarkan keterangan dari Anas -radhiyallahuanhu-, seraya
berkata, "Telah ditentukan bagi kita (kaum muslimin) batas waktu mencukur
kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur rambut kemaluan, bahwa
tidak boleh membiarkannya lebih dari 40 (empat puluh) malam." (HR. Muslim,
bab bersuci (258)).
Adapun berkenaan dengan cutek, maka meninggalkannya lebih
utama, dan wajib menghilangkannya ketika wudhu, karena ia menghalangi sampainya
air pada kuku.