BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama adalah aturan dan wahyu Tuhan yang sengaja
diturunkan agar manusia hidup teratur, damai sejahtera, bermartabat dan bahagia
baik di dunia maupun di akhirat. Eksistensi agama merupakan kebutuhan primer
bagi seluruh umat manusia di dunia ini. Kedudukan agama bersifat primer maka
agama sangat perlu ditanamkan sejak didni kepada anak didik kita. Menanamkan
nilai-nilai agama kepada anak adalah tugas para orang tua selaku guru pertama
dan utama di rumah dan keluarga, juga merupakan tugas guru di sekolah.
Taman Kanak-kanak
merupakan lembaga pendidikan yang pertama, yang keberadaannya sangat strategis
untuk menumbuhkan jiwa keagamaan kepada anak-anak, agar mereka menjadi
orang-orang yang kuat, terbiasa dan peduli terhadap segala aturan agama yang
diajarkan kepadanya.
Landasan Pendidikan nilai-nilai keagamaan merupakan pondasi
yang kokoh dan sangat penting keberadaannya dan jika hal itu telah tertanam
serta terpatri dalam setiap insan sejak dini, hal ini merupakan awal yang baik
bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani jenjang pendidikan selanjutnya.
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak,
diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan yang dimaksud
adalah cara yang teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar
tercapai hasil yang baik seperti dikehendaki (Badudu Zain, 1996). Pendekatan
juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Guru di Taman
Kanak-kanak yang dalam kegiatannya memerlukan berbagai metode dan pendekatan
untuk mengembagkan berbagai kemampuan dan potensi yang ada pada diri anak
didik. Untuk itu, guru Taman Kanak-kanak
dituntut memiliki kemampuan profesional dan komprehensif terutama dalam memilih
dan menentukan metode dan pendekatan yang efektif. Dimana nantinya dalam proses
belajar mengajar akan berlangsung dengan baik tanpa mengorbankan anak, tanpa
merebut hak anak untuk bermain dalam suasana terbuka dan menyenangkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana penerapan metode
bercakap-cakap dalam pengembangan agama di TK.
2.
Bagaimana penerapan metode
demonstrasi dalam pengembangan agama di TK
C. Tujuan
1.
Dapat mengetahui bagaimana
penerapan metode bercakap-cakap dalam pengembangan agama di TK
2.
Dapat mengetahui bagaimana
penerapan metode demonstrasi dalam pengembangan agama di TK.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Esensi Penanaman
Nilai-nilai Agama kepada Anak Usia TK
Menurut pandangan ajaran agama islam setiap manusia
itu lahir berada dalam keadaan suci dan bersih dan Tuhan Yang Maha Esa telah
membekali mereka dengan berbagai potensi laten yang tersembunyi dan harus
dikembangakan sebagi amanah dari sang pencipta alam semesta ini. Dan faktor
penentu kualitas keagamaan anak itu sendiri banyak ditentukan oleh peran serta
kedua orang tuanya landasan itu memberi makna bagi kita bahwa ternyata faktor
lingkungan keluarga adalah peringkat pertama yang akan memberi warna dasar bagi
nilai-nilai keagamaan anak. Dengan demikian pesan serta orang tua tidak boleh
asal dan hanya sekedarnya saja pada saat memulai pengenalan pengetahuan dan
pengembangan nilai-nilai keagamaan pada anak.
Menurut Badudu Zein (1996), anak adalah keturunan
pertama (setelah ibu dan bapak). Anak-anak adalah manusia yang masih kecil yang
belum dewasa dan memiliki berbagai potensi untuk tumbuh dan berkembang. Potensi
tersebut adalah potensi jasmani yang berkaitan dengan fisik (motorik) dan yang
kedua adalah potensi rohani yang berkaitan dengan kemampuan intelektual maupun
spiritual dan termasuk juga di dalamnya nilai-nilai agama.
Untuk itu dalam membina potensi dalam diri anak adalah
tugas orang tua dan guru secara nyata. Dirumah para orang tua mempunyai
kewajiban bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan jasmani belaka, akan tetapi
para orang tua pun dituntut mendidik dan membimbing anak dengan nilai-nilai
keagamaan yang harus dipraktekan dalam rutinitas kehidupan akan sehari-hari.
Sedangkan disekolah, nilai-nilai keagamaan yang harus ditanamkan oleh guru
seyogyanya diintegrasikan / dipadukan dalam kegiatan belajar mengajar dari
pembukaan samai penutup.
Apabila nilai-nilai tersebut ialah tertanam kuat pada
diri anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan memiliki kemampuan
untuk mencegah dan menyangkal serta membentengi mereka dari berbagai pengaruh
negatif. Sebaliknya jika nilai-nilai keagamaan itu tidak ditanamkan secara
maksimal maka yang akan muncul adalah perilaku-perilaku kurang baik dan
cenderung menyimpang dari aturan agama.
B. Prinsip Dasar
Pengembangan nilai-nilai agama
Ada
beberapa prinsip dasar yang sangat perlu diperhatikan dalam rangka penyampaian
materi pengembangan nilai-nilai agama bagi anak Taman
Kanak-kanak, diantaranya adalah :
1.
Prinsip penekanan pada aktivitas
anak sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan
kebutuhan pembentukan kepribadian anak dalam rangka
peletakan dasar kehidupan anak pada bidang kehidupan beragama anak.
2.
Prinsip pentingnya keteladanan
dari lingkungan dan orang tua / keluarga anak.
Sebaik apapun program yang
disusun oleh pihak sekolah, namun jika tidak didukung
oleh partisipasi aktif para orang tua dalam memberikan keteladanan dan konsistensi pengembangan nilai-nilai agama bagi
anak, maka semua itu akan sia-sia.
3.
Prinsip kesesuaian dengan
kurikulum spiril
Prinsip ini menekankan bahwa pada saat guru dan orang tua menyajikan
materi pengembangan nilai-nilai agama kepada anak Taman kanak-kanak maka hal
itu harus disampaikan secara bertahap, seperti dimulai dengan penjelasan atau
contoh yang terdekat dengan dunia anak sampai hal yang terjauh dari sisi anak,
atau dimulai dari hal yang paling mudah anak cerna sampai hal yang agak sulit
anak pahami.
4.
Prinsip Developmentally
Appropriate Practice (DAP)
Prinsip ini menjelaskan bahwa guru dan para orang tua hendaknya sangat
memperhatikan proses penyajian materi yang akan disampaikan yaitu materi yang
perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan akan itu sendiri.
5.
Prinsip psikologi perkembangan
anak
Setiap guru seyogyanya menyampaikan materi pengembangan nilai-nilai agama
yang disesuaikan dengan landasan ilmu psikologi perkembangan anak didik. Dalam
tinjauan ilmu psikologi dikenal adanya tugas-tugas perkembangan maka setiap
materi yang akan disampaikan seyogyanya senantiasa dihubungkan dengan
prinsip-prinsip dasar psikologi pendidikan.
6.
Prinsip monitoring yang rutin
Untuk mendapatkan keberhasilan yang baik, maka diperlukan adanya kegiatan
monitoring secara rutin untuk memantau proses perkembangan dan kemajuan anak
dalam mengikuti program yang ktia siapkan. Peranan monitoring ini sangat
membantu semua pihak yang terkait, untuk memperoleh data akurat dalam rangka
perbaikan dan pengembangan program selanjutnya. Tanpa langkah demikian kita
akan sulit memperoleh informasi tentang anak didik dan perkembangannya.
C. Pendekatan
Untuk mengembangkan nilai-nilai agama pada diri anak,
diperlukan berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan yang dimaksud
adalah cara yang tertatur yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan agar
tercapai hasil yang baik seperti yang dikehendaki (Badudu Zain : 1996).
Pendekatan juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Untuk itu guru Taman kanak-kanak dituntut memiliki kemampuan profesional
dan komprehensif terutama dalam memilih dan menentukan metode dan pendekatan
yang efektif.
Salah satu diantara metode pengembangan nilai-nilai
agama, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Pendekatan / metode pengembangan
nilai-nilai agama melalui metode bercakap-cakap
Bercakap-cakap adalah kegiatan percakapan antara guru dengan anak atau
anak dengan anak tentang suatu tema untuk mengembangkan kemampuan mendengar,
memahami dan kemampuan berbicara anak. Bercakap-cakap dapat dilaksanakan dalam
bentuk
-
Bercakap-cakap bebas
-
Bercakap-cakap menurut tema
-
Bercakap-cakap berdasarkan gambar
seri
Dalam bercakap-cakap bebas kegiatan tidak terikat pada
lama, tetapi pada kemampuan yang diajarkan. Bercakap-cakap menurut tema dilakukan
berdasarkan tema tertentu. Bercakap-cakap berdasarkan gambar seri yakni
menggunakan gambar seri sebagai bahan pembicaraan.
Melalui kegiatan diatas, disamping menunjang program
pengembangan bahasa secara verbal, juga dapat meningkatkan keampuan anak-anak
dalam mengkomunikasikan berbagai pikiran, gagasan, perasaan, maupun
kebutuhannya. Pendekatan ini pun dapat membantu anak-anak belajar mendengarkan
dan menyimak pembicaraan guru atau temannya. Jelasnya, kegiatan bercakap-cakap
dapat dijadikan alat yang berfungsi ntuk mengembangkan kemampuan kognitif,
bahasa sosial konsep diri dan pengembangan nilai-nilai agama.
Tujuan dari metode bercakap-cakap diantaranya :
1.
Mengembangkan kecakapan dan
keberanian dalam menyampaikan pendapatnya kepada guru, teman sebaya dan orang
lain.
2.
Memberikan kesempatan kepada anak
untuk berekspresi secara lisan
3.
Mengembangkan pola-pola pikir anak
dalam bentuk lisan kepada orang lain.
4.
Memperbaiki lapal dan ucapan
5.
Menambah pembendaharaan kata.
Manfaat penting yang dapat dirasakan dalam penerapan pengembangan
nilai-nilai agama melalui metode bercakap-cakap antara lain
1.
Meningkatkan keberanian anak untuk
mengaktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan berbahasa secara ekspresif,
menyatakan pendapat, menyatakan perasaan, menyalakan keinginan dan kebutuhan
secara lisan.
2.
Meningkatkan keberanian anak untuk
menyatakan secara lisan apa yang harus dilakukan oleh diri sendiri dan anak
lain.
3.
Meningkatkan keberanian anak untuk
mengadakan hubungan dengananak lain dengan gurunya agar terjalin hubungan
sosial yang menyenangkan.
4.
Dengan seringnya kegiatan
bercakap-cakap diadakan, semakin banyak informasi baru yang diperoleh anak yang
bersumber dari guru / anak yang lain.
Contoh kegiatan bercakap-cakap menurut tema :
Tema : Binatang
Sub tema : Ciri-ciri Binatang
TK : B / Semester I
Kompetensi
Dasar
|
Hasil
Belajar
|
Indikator
|
Anak percaya
akan ciptaan Allah, mencintai sesama
|
Anak dapat
menyayangi dan memelihara semua ciptaan Tuhan
|
Menyayangi dan
memelihara semua ciptaan Tuhan
|
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1.
Guru mengkondisikan anak untuk
duduk dalam kegiatan klasikal
2.
Guru menyiapkan gambar yang akan
diperlihatkan kepada anak
3.
Guru memperlihatkan gambar kepada
anak dan mengajark anak untuk bercakap-cakap tentang gambar yang telah diperlihatkan
4.
Guru memberikan kesempatan kepada
semua anak untuk bercakap-cakap tentang gambar tersebut
5.
Guru menyuruh salah seorang anak
untuk melatih keberanian dengan memintanya kedepan kelas dengan menjelaskan
salah satu gambar
6.
Guru menjelaskan isi dari gambar
dengan menghargai pendapat para anak yang telah bercerita sebelumnya dan
menekankan penjelasan nilai-nilai agama dari makna yang terdapat dalam misi
gambar tersebut.
Contoh kegiatan bercakap-cakap
Guru : “Anak
–anak, apa yang kamu lihat pada gambar ini !
Anak : “itu
gambar mesjid bu…..!
Guru : “Ada gambar apa lagi,
anak-anak ?”
Anak : “Ada gambar ayah, ibu, Bu
guru !”
Anak : “Ada gambar anak perempuan
dan laki-laki juga, bu guru!”
Guru : “Ya…bagus,
itu memang gambar mesjid dan sebuah keluarga.”
Guru : “Sekarang
coba siapa yang tahu, mesjid itu gunanya untuk apa?”
Anak : “Untuk
mengaji, bu guru.”
Anak : “Untuk
shalat, bu guru.”
Guru : “Oh,
ya, sekarang siapa yang suka shalat di mesjid?”
Anak : “Saya
bu, rumah saya dekat dengan mesjid”
Anak : “saya
jarang bu, rumah saya jauh dengan mesjid”
Guru : “Kira-kira
keluarga itu mau pergi kemana ya….?”
Anak : “Mau
pergi ke mesjid bu guru.”
Guru : “Bagus
….
Guru : “Mesjid
itu tempat beribadah agama apa?”
Anak : “Untuk
agama Islam, bu guru”
Anak : “Untuk
agama muslim, Bu.”
Guru : “Wah…pinter
ya, shalat itu ada berapa waktu?”
Anak : “Ada lima waktu, Bu.”
Guru : “Siapa
yang bisa menyebutkan, kapan waktu shalat itu?”
Anak : “Dzuhur,
ashar, maghrib, isa dan subuh, bu.”
Guru : “Ya
benar…shalat memang ada 5 waktu dan setiap muslim wajib mengerjakan shalat.”
2.
Pendekatan / Metode pengembangan
nilai-nilai agama melalui metode demonstrasi
Demonstrasi adalah pendekatan yang dilakukan guru
dengan cara mempertunjukan atau memperagakan suatu objek, benda atau suatu
proses dari suatu kejadian. Pendekatan demonstrasi dilakukan untuk memperjelas
inforamsi atau materi pelajaran kepada anak-anak. Dalam hal ini, anak
menyaksikan peragaan langusung tentang hal-hal yang sulit dijelaskan dengan
pendekatan biasa.
Kaitannya dengan pengembangan nilai-nilai agama kepada
anak-anak TK, pendekatan ini bisa dilakukan guru pada saat menerangkan etika
makan, sopan santun dalam berbicara, etika berpakaian, etika beribadah dan
sebagainya.
Pendekatan demonstrasi sangat efektif digunakan dalam
pengembangan nilai-nilai agama kepada anak dapat mendengar. Melihat dan meniru
cara-cara tertentu yang disajikan dari materi yang sedang diajarkan guru.
Demonstrasi dapat juga dipergunakan untuk memenuhi dua fungsi pembelajaran,
yaitu :
a.
Untuk memberikan ilustrasi dalam
menjelaskan informasi kepada anak bagi anak, melihat bagaimana suatu peristiwa
itu berlangsung, lebih menarik dan merangsang perhatian serta lebih menantang
dari pada hanya mendengar penjelasan guru. Misalnya dalam menjelaskan
konsep-konsep yang berkaitan dengan nilai-nilai sosial, moral, atau keagamaan
akan lebih efektif apabila penerapan nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam
bentuk ilustrasi.
b.
Pendekatan demonstrasi dapat
membantu meningkatkan daya fikir anak dalam peningkatan kemampuan mengenal,
mengingat, berfikir konvergen, berfikir evaluatif (elis et .al . 2003). Pengembangan daya pikir
yang dimulai dari TK akan sangat membantu anak dalam memperoleh pengalaman
belajar dibidang keagmaan, bidang ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan
sosial.
Tujuan dari metode Demonstrasi bagi anak TK :
1.
Untuk membimbing anak dalam
menggunakan mata telinganya secara terpadau, sehingga hasil pengamatan kedua
indera itu dapat menambah penguasaan materi pelajaran dan melengkapi pemahaman
segala hal yang ditunjukan, dikerjakan dan dijelaskan dalam kegiatan
demonstrasi tersebut.
2.
Sebagai peniruan terhadap model
yang dapat dilakukan
Contoh kegiatan metode demonstrasi :
Tema :
Sub Tema :
TK : B / Semester
Kompetensi
Dasar
|
Hasil Belajar
|
Indikator
|
Anak mampu
melakukan ibadah, terbiasa mengikuti aturan dan dapat hidup bersih dan mulai
belajar membenakan benar dan salah, biasa berperilaku terpuji.
|
Terbiasa
melakukan ibadah sesuai aturan menurut keyakinannya.
|
Melaksanakan
kegiatan ibadah sesuai aturan menurut keyakinannya.
|
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
1.
Guru mengkondisikan anak untuk
duduk dalam kegiatan klasikal
2.
Guru menjelaskan tentang hal wudhu
3.
Guru memperkenalkan tepuk wudhu
kepada anak, guna mempermudah penyampaian materi sebelum mendemonstrasikan
materi
Tepuk wudhu
Bismilah cuci tangan
Kumur-kumur
Prok-prok-prok
Basuh hidung
Basuh Muka
Niatnya
Prok-prok-prok
Tangan sampai ke siku
Kepala dan telinga
Tak lupa cuci kaki
Lalu do’a
Amien
Prok-prok-prok
4.
Guru mendemonstrasikan tata cara
wudhu di kelas
5.
Anak memperagakan dan mengikuti
pendemonstrasian tata cara wudhu yang dilakukan oleh guru
6.
Praktek langsung guru membawa anak
langsung ke tempat wudhu dan guru mendemonstrasikan tata cara wudhu dengan air.
7.
Anak mengikuti dan memperagakan
secara langsung dengan bergiliran tentang pendemonstrasian yang dilakukan guru
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taman kanak-kanak
merupakan lembaga pendidikan yang pertama, yang keberadaannya sangat stretegis
untuk menumbuhkan jiwa keagamaan kepada anak-anak, agar mereka menjadi
orang-orang yang kuat, terbiasa dan peduli terhadap segala aturan agama yang
telah diajarkan. Dan untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan
pada diri anak diperlukan berbagai metode dan pendekatan. Salah satu diantara
metode dan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik dunia anak Taman Kanak-kanak antara lain metode bercakap-cakap dan
metode demonstrasi. Tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan dari kedua metode
tersebut diatnaranya untuk meletakkan dasar-dasar keimanan, kepribadian / budi
pekerti yang terpuji dan melatahkan kebiasaan ibadah sesuai dengan kemampuan
anak. Dan diharapkan akan muncul suatu dampak positif yang mampu mewarnai
pertumbuhan dan perkembangan anak yang bisa berkembang meliputi fisik, akal,
pikiran, ahkhlak, perasaan, kejiwaan, estetika dan kemampuan sosialisasinya
diwarnai dengan nilai-nilai keagamaan. Hal yang lebih penting lagi dalam rangka
mencapai keberhasilan pembentukan kepribadian anak agar mampu terwarnai dengan
nilai-nilai agama, maka perlu didukung oleh keteladanan dari orang tua dan
guru.
B. Saran
1.
Diharapkan orang tua menciptakan
lingkungan yang kondusif yang penuh dengan nuansa agama, guna mencapai keberhasilan
pembentukan kepribadian
2.
Diharapkan orang tua dan guru bisa
memberikan keteladanan dan contoh yang baik kepada anak.
3.
Sebaiknya orang tua dan sekolah
bisa memfasilitasi kebutuhannya akan pentingnya nilai-nilai agama.
DAFTAR PUSTAKA
- Hidayat-Satibi, 2004. Metode Pengembangan Moral dan Nilai-nilai Agama. Jakarta : Universitas Terbuka
- Developmentally Appropriate Practice 2003. Bandung : Al-Mabrur.
- Program Kegiatan Belajar Taman kanak-kanak. 1995. Jakarta : Depdikbud.