CONTOH PRAKTIKUM KIMIA BERBASIS LINGKUNGAN
Das Salirawati, M.Si Jurdik Kimia FMIPA - UNY
ABSTRAK
Saat
ini guru-guru harus menerima perubahan kurikulum lagi yang berupa KTSP,
meskipun sebenarnya KTSP merupakan kelanjutan dari Kurikulum 2004. Namun
demikian, sebagian besar guru merasakan kesulitan dalam pelaksanaannya, karena
berlakunya KTSP menuntut mereka untuk mampu mengembangkan kurikulum untuk
setiap mata pelajaran yang diampunya.
Permasalahan muncul karena yang menjadi acuan
pengembangan kurikulum sebatas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang
terdapat dalam Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Bagi guru
IPA, khususnya guru kimia, bukan hal yang mudah untuk mengembangkan kurikulum
seperti yang diharapkan Pemerintah. Selain harus memikirkan sedalam dan seluas
apa konsep-konsep kimia tersebut harus dikembangkan, juga banyak diantara
mereka terbentur dengan sarana prasarana dan fasilitas yang serba terbatas di
seko-lah.Padahal pengembangan kurikulum yang dilakukan harus berpijak pada realitas
kondisi sekolah yang ada, potensi siswa, kebutuhan dan potensi daerah, termasuk
mempertimbangkan kekhasan sekolah.
Selain dituntut memiliki 4 kompetensi,
yaitu kompetensi pribadi, sosial, profesi-onal, dan antisipatif, guru juga
diharapkan memiliki kepekaan terhadap fenomena yang terjadi di sekitar dan
dapat memandang lingkungan sebagai sumber inspirasi yang dapat diamati dan
dibawa ke ruang kelas. Dengan demikian keterbatasan sarana prasarana dan
fasilitas sekolah bukan menjadi kendala untuk tetap mengembangkan kurikulum
kimia dengan praktikum yang selalu mendampingi setiap pembelajaran teori di
kelas. Dunia kita adalah dunia kimia, itu berarti bahan-bahan yang ada di
sekitar kehidupan kita dapat menjadi bahan untuk praktikum di sekolah, tinggal
bagaimana kita mengemasnya menja-di aktivitas praktikum yang menarik dan
bermanfaat dalam membantu siswa memahami konsep-konsep kimia secara lebih
mendalam.
PENDAHULUAN
Saat ini dunia pendidikan kita
sedang diuji dengan perguliran pergantian kurikulum yang tidak pernah tuntas.
Mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), lalu Kurikulum 2004, dan
terakhir KTSP. Meskipun dinyatakan bahwa KBK dan Kurikulum 2004 merupakan ajang
ujicoba bagi guru tentang bagaimana mengembangkan kurikulum yang selanjutnya diharapkan
kemandiriannya dengan adanya KTSP, namun intisari dari semua perubahan tersebut
sebenarnya mengarah pada satu tujuan, yaitu meningkatkan kualitas pendidikan
yang nampaknya semakin sulit mengejar ketertinggalannya dengan negara lain.
Berkaitan dengan pelaksanaan KTSP tersebut, maka saat
ini seluruh sekolah dari berbagai jenjang dan jenis pendidikan berusaha
memenuhi harapan Pemerintah untuk menghasilkan satu kumpulan pengembangan
kurikulum sekolah dari berbagai mata pelajaran. Pengembangan kurikulum yang
dilakukan tentunya masih berpijak pada realitas kondisi sekolah yang ada,
potensi siswa dan guru, kebutuhan dan potensi daerah masing-masing, termasuk
mempertimbangkan kekhasan sekolah.
Bagi guru IPA, khususnya guru kimia, bukan hal yang
mudah untuk mengem-bangkan kurikulum seperti yang diharapkan Pemerintah. Selain
harus memikirkan sedalam dan seluas apa konsep-konsep kimia tersebut harus
dikembangkan, juga banyak diantara mereka terbentur dengan sarana prasarana dan
fasilitas yang serba terbatas di sekolah. Apalagi yang menjadi acuan hanyalah
Standar Kompetensi (SK) dan Kompe-tensi Dasar (KD) yang mungkin setiap guru
kesulitan dalam menjabarkan. Perbedaan persepsi diantara gurupun merupakan hal
yang sangat mungkin terjadi, mengingat “terlalu sederhana” nya jabaran SK dan
KD. Oleh karena itu sangat diperlukan kekompakan diantara guru untuk
bersama-sama mengembangkan dalam suatu wadah yang mampu menjembatani guru-guru
untuk saling berdiskusi, sharing, dan
membicarakan berbagai hal yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Salah
satu wadah yang perlu terus dibina adalah MGMP, dimana untuk DIY seluruh MGMP
tingkat Kabupaten secara aktif selalu mengadakan kegiatan rutin.
Sebagai orang yang berkecimpung di bidang pendidikan,
kitapun memiliki kewajiban untuk ikut memberikan sedikit sumbang saran mengenai
bagaimana mengem-bangkan mata pelajaran kimia, khususnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan aktivitas praktikum di sekolah. Kita semua tentunya prihatin,
meskipun saat ini banyak doktor kimia, tetapi sedikit yang peduli dengan dunia
pendidikan di tingkat SD, SMP, maupun SMA.
PEMBAHASAN
A. Sekilas tentang Profesional Guru
Profesi guru pada saat ini masih merupakan
sesuatu yang ideal bila dibandingkan dengan profesi pada bidang lain (Mohamad
Ali, 1985 : 13). Bila profesi lain menjalankan tugasnya selalu dilandasi
kemampuan dan keahlian yang ditunjang dengan konsep dan teori yang mantap dan
pasti sehingga hasilnyapun sudah mantap dan jelas, maka lain halnya dengan
profesi guru. Sebagai contoh, bila input (masukan) pendidikan
dianalogkan sebagai pasien, maka proses pendidikan yang dilakukan belum tentu
dapat menghasilkan output (keluaran) yang sesuai dengan yang diinginkan,
meskipun sudah diterapkan berbagai konsep dan teori yang mantap sesuai dengan
keahliannya. Berbeda dengan profesi dokter, pasien yang sakit ditangani dengan
konsep dan teori yang dikuasainya sehingga sembuh, kecuali memang sakit yang
diderita secara teoretis belum ada obatnya.
Secara umum kompetensi seorang guru mengacu
pada tiga faktor, yaitu kompetensi pribadi, sosial, dan profesional (Moh Uzer
Usman, 2000 : 15). Kompetensi pribadi berisi kemampuan mengembangkan
kepribadian, berinteraksi dan berkomunikasi (baik dengan teman sejawat maupun
masyarakat), melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa, melaksanakan
administrasi sekolah, dan melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran.
Kompetensi sosial sangat perlu dan harus
dimiliki seorang guru, karena bagaiman-pun proses pendidikan itu berlangsung
dampaknya akan dirasakan bukan saja oleh siswa itu sendiri tetapi juga oleh
masyarakat yang menerima dan memakai lulusannya. Oleh karena itu, kemampuan
untuk mendengar, melihat dan memperhatikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat
sangat perlu ditingkatkan. Guru dapat menampilkan kemampuan profesional bila
memiliki kompetensi pribadi dan sosial. Oleh karena itu, gambaran profil guru
secara profesional dapat diamati dari penampilannya dalam mendemontrasikan
kompetensi profesional. Adapun kompetensi profesional yang dimaksud meliputi kemampuan
menguasai landasan kependidikan, menguasai bahan pelajaran, menyusun dan
melaksanakan program pengajaran, menilai hasil PBM yang telah dilaksanakan.
Dengan demikian profesionalisme dapat dicapai jika guru dapat memadukan ketiga
kompetensi tersebut dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Menurut Wardiman Djojonegoro (1998 : 4),
seorang guru perlu memiliki kompetensi antisipatif disamping kompetensi
profesional untuk mendukung terbentuknya kompetensi profesional guru yang
andal. Kompetensi antisipatif berkaitan dengan bagaimana guru mampu menghadapi
perkembangan IPTEK. memahami makna & hakikat perubahan yang terjadi di
dunia yang berkaitan dengan profesinya, mengantisipasi arah & kecenderungan
perubahan yang terjadi, mengelola & memanfaatkan perubahan tersebut untuk
mencapai keunggulan di masa depan.
B. Kiat Memanfaatkan Lingkungan sebagai Bahan Praktikum
Selain
memiliki keempat kompetensi di atas, guru diharapkan juga memiliki kepekaan
terhadap fenomena yang terjadi di sekitar. Dimanapun ia berada, hendaknya mampu
melihat lingkungan sebagai sumber inspirasi yang diamati dan dapat dibawa ke
ruang kelas. Nah ... mengenai kepekaan ini, setiap guru akan memiliki tingkat
kepekaan yang berbeda, tergan-tung kesadaran dan keinginannya untuk benar-benar
menjadi “guru secara total”. Hal ini bukan berarti ada guru yang ½ guru, ¼
guru, tetapi kesadaran tersebut juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
usia, latar belakang pendidikan, sosial – budaya, psikologis, lingkungan yang
kondusif. Sebagai contoh, sangat jarang dijumpai ada seorang guru yang demikian
maju pola pikirnya berada di tengah-tengah teman dan lingkungan sekolah yang
tidak kondusif. Namun demikian kita tidak perlu berkecil hati, karena kepekaan
dapat dilatih dan diasah melalui berbagai aktivitas yang mengarah ke sana , seperti sering
diskusi dengan sesama teman dari sekolah lain, mengikuti seminar, menjalin
hubungan dengan pakar di PT, membuka internet, membaca buku, dan sebagainya. Mari
kita coba buka wawasan kita bersama-sama tentang berbagai percobaan yang dapat
dipraktikumkan dengan berbasis lingkungan.
C. Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sarana Praktikum
Sesuai
dengan anjuran Kurikulum yang sekarang dianut oleh dunia pendidikan di negara
kita, bahwasanya diharapkan siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran tetapi
juga sebagai subjek pembelajaran, maka keberadaan praktikum sebagai metode
pembela-jaran bidang studi sains / IPA merupakan suatu keharusan. Melalui
praktikum siswa belajar menemukan konsep sendiri bersama-sama dengan teman sekerjanya
dalam kelompok, sekaligus membantu pemahaman konsep yang diajarkan di kelas.
Kekurangan
atau tidak tersedianya berbagai bahan dan alat kimia seringkali menjadi kendala
tidak berlangsungnya suatu topik praktikum. Menghadapi kendala seperti ini,
sudah saatnya bagi kita yang berkecimpung di dunia pendidikan terutama mereka
yang terkait dalam proses pembelajaran, yaitu guru dan siswa memikirkan jalan
keluarnya. Seperti diketahui, bahwa “dunia kita adalah dunia kimia”, artinya
segala yang ada di dunia ini tidak terlepas dari aspek kimiawi. Hal ini
memberikan inspirasi bagi kita bahwa lingkungan sekitar sebenarnya merupakan
sarana untuk belajar kimia dan untuk menunjukkan fenomena-fenomena kimiawi
seperti yang tertulis dalam materi pelajaran kimia yang diajarkan di kelas.
Berikut
ini akan diberikan contoh berbagai bahan kimia yang dengan mudah dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari, tetapi kita tidak tahu atau tidak menyadari bahwa bahan
tersebut dapat digunakan sebagai bahan praktikum sederhana.
1. Struktur Atom dan Ikatan Kimia
Untuk membuktikan bahwa dalam atom terdapat
partikel penyusun atom yang dapat bergerak, yaitu elektron dapat dilakukan
percobaan sederhana. Kertas adalah contoh sebuah materi yang terdiri dari
atom-atom. Tiap atom memiliki inti atom yang bermuatan positif dan elektron
yang mengelilinginya yang bermuatan negatif. Dengan menggosokkan balon /
penggaris mika / plastik ke rambut, maka elektron pada rambut akan terlepas,
sehingga menyebabkan benda yang digosokkan tersebut terkena pengaruh muatan
negatif elektron, sehingga ketika didekatkan pada potongan kertas, muatan
positif kertas akan tertarik balon. Gaya
tarik antara muatan negatif dan positif ini mampu mengatasi gravitasi bumi
sehingga potongan kertas melompat ke atas dan menempel pada benda. Percobaan ini sekaligus dapat menunjukkan pada kita bahwa yang dapat
bergerak dan berikatan dengan atom lain adalah elektron, bukan proton maupun
neutron. Banyak
modifikasi menarik yang dapat dilakukan dengan percobaan ini, seperti membentuk
kertas seperti ular yang nantinya akan bergerak-gerak hidup, mendekatkan balon
pada baju wol sehingga menempel, dan sebagainya.
2. Keberadaan Molekul
Untuk mengetahui bahwa air
terdiri dari molekul-molekul air, maka dapat dilakukan percobaan sederhana : letakkan 2 tusuk gigi secara berhadapan di
atas permukaan air dalam sebuah mangkuk. Celupkan tusuk gigi yang lain dalam
larutan sabun, lalu celupkan diantara dua tusuk gigi yang berhadapan tadi.
Tusuk gigi yang ujungnya dicelupkan ke dalam cairan sabun mampu mematahkan gaya tarik-menarik antar
molekul air, sehingga molekul-molekul air satu sama lain saling menjauh.
Gerakan saling menjauh ini akibat tali ikatan antar molekul air putus.
Percobaan ini membuk-tikan bahwa meskipun molekul tidak dapat dilihat tetapi
keberadaannya dapat diamati dari gejala yang ditimbulkan. Sama halnya dengan
percobaan atom, maka percobaan ini banyak sekali modifikasinya, tinggal
bagaimana kita menangkap prinsip dari percobaan ini dan mencobanya dengan
kemasan yang berbeda.
3. Ciri-ciri Reaksi Kimia
Untuk menunjukkan ciri-ciri
reaksi kimia, yang meliputi : terbentuknya gas, terbentuknya endapan,
terjadinya perubahan warna, terjadinya perubahan suhu, maka dapat dilakukan
percobaan-percobaan sbb :
a.
Pembentukan gas :
mereaksikan asam cuka dengan soda kue, cangkang telur dengan asam cuka. Dapat
juga mereaksikan deterjen dan pemutih lalu dimasukkan ke dalam air yang berisi
ikan, ikan akan segera mati karena keracunan gas klorin.
b.
Pembentukan
endapan : mereaksikan uang logam dengan asam cuka, garam inggris dengan
ammonium hidroksida (dapat dibeli di apotik).
c.
Perubahan warna :
daging apel dengan oksigen di udara, roti tawar dengan larutan iodin, kertas
dengan larutan iodin (tulisan ajaib).
d.
Perubahan suhu :
melarutkan deterjen dalam air, garam dapur dalam air, asam sitrat dengan soda
kue.
4. Titrasi Asam-Basa (Asidi –
Alkalimetri)
Untuk melakukan titrasi
asam-basa, terkadang kita tidak memilii indikator pp, maka dapat dilakukan
dengan mengunakan indikator alami, seperti daun kubis ungu, rhoeo discolor, kunyit, secang, dsbnya.
Indikator ini (terutama daun kubis ungu) membe-rikan perubahan warna yang tegas
ketika titik akhir titrasi tercapai, sehingga akan memberikan akurasi data yang
sama ketika menggunakan indikator pp. Siswa dapat melakukan titrasi alkali-metri,
yaitu menentukan kadar asam cuka di pasaran dengan pentiter NaOH.
5. Tekanan Osmosis
Untuk mengetahui terjadinya
tekanan osmosis pada materi sifat koligatif larutan, maka dapat dilakukan
percobaan sbb : sediakan dua gelas, gelas yang satu diisi air sedangkan yang
satunya diisi air garam. Masukkan ke dalam kedua gelas wortel yang masih segar
dengan ukuran sama. Setelah 24 jam ukur volum dari kedua gelas tersebut.
Berdasarkan percobaan sederhana ini siswa kita ajak menyimpulkan sendiri.
6. Penurunan Titik Beku
Adanya zat terlarut yang non
volatil menyebabkan larutan mengalami penurunan titik beku, hal ini dapat
ditunjukkan dengan cara meletakkan es batu dalam kaleng lalu menambahkan
sedikit air dan garam. Dengan menggunakan termometer akan nampak bahwa suhu
sebelum dan sesudah ditambah garam akan mengalami penurunan.
7. Udara Mengandung Uap Air
Ketika membahas tentang
korosi, kita mengatakan bahwa terjadinya korosi pada besi diakibatkan
teroksidasi oksigen di udara. Namun sebenarnya tanpa adanya uap air di udara
yang menyebabkan udara menjadi lembab, proses korosi tidak akan terjadi. Untuk
membuktikan bahwa udara mengandung uap air adalah : isi kaleng dengan es batu,
tambahkan secangkir air. Setelah permukaan luar kaleng mengembun, tambahkan 3
sendok garam ke dalam air es tersebut. Diamkan selama 5 – 10 menit. Nampak
bahwa embun di luar kaleng itu membeku. Udara mengandung molekul air dalam
bentuk gas, dan akan mendingin ketika bersentuhan dengan kaleng, sehingga
berubah menjadi air (embun). Garam menurunkan suhu air es yang berakibat suhu
kaleng turun dan membekukan embun yang ada di sekeliling kaleng.
8. Keberadaan Zat Besi pada
Buah-buahan
Untuk mengetahui adanya zat
besi pada beberapa buah-buahan, seperti anggur, nanas, apel, arbei, dapat
dilakukan percobaan : siapkan jus buah-buahan yang akan diteliti, lalu tuangkan
sedikit pada gelas bening. Tambahkan sejumlah yang sama teh kental yang telah
didiamkan kira-kira 1 jam. Aduk dan biarkan sekitar 20 menit. Angkat dan lihat
di dasar gelas, apakah ada endapan. Bila belum ada, biarkan lagi beberapa saat,
dan lihat kembali dasar gelas. Endapan yang terbentuk merupakan zat besi yang
terkandung dalam buah yang bereaksi dengan zat kimia dalam teh. Jumlah dan
kecepatan terbentuknya endapan menandakan banyaknya zat besi di dalam buah
tersebut. Sebelum percobaan ini
dilakukan, sebaiknya siswa diminta untuk mendata buah-buahan yang memiliki
kadar zat besi dari berbagai buah, sehingga dapat dipilih buah yang memiliki
kadar zat besi dari yang sedikit sampai yang banyak.
9. Koloid
Koloid merupakan campuran
antara zat terdispersi dan zat pendispersi, dimana ukuran partikel
terdispersinya lebih kecil dari suspensi tetapi lebih besar dari larutan.
Percobaan tentang koloud dapat dilakukan : isi gelas dengan susu segar, tambahkan
2 sendok makan cuka dan aduk. Biarkan 2 – 3 menit. Susu merupakan contoh
koloid, adanya cuka yang ditambahkan ke dalamnya menyebabkan partikel
terdispersi melekat satu sama lain membentuk benda padat yang disebut dadih
yang berwarna putih, sehingga cairannya menjadi bening.
10. Pelarut Organik Melarutkan
Senyawa Organik
Alkohol adalah salah satu
contoh pelarut organik (non polar) yang banyak digunakan untuk mengekstraksi
senyawa organik (non polar) di laboratorium. Untuk membuktikan bahwa sifat
pelarut non polar melarutkan senyawa non polar juga, dapat dilakukan : letakkan
sekitar 15 buah cengkeh ke dalam gelas, lalu tuangi dengan alkohol sampai
merendam seluruh cengkeh. Tutup rapat, diamkan selama 7 hari. Setelah itu
cobalah mengoleskan campuran tersebut di atas punggung tangan, biarkan
sebentar, maka akan tercium bau wangi. Bau tersebut merupakan hasil pelarutan
minyak berbau harum yang terkandung dalam cengkeh.
11. pH Buffer
Untuk membuktikan
fungsi ion fosfat dalam berbagai minuman bersoda sebagai buffer, maka
dapat dilakukan dengan cara percobaan
sederhana, yaitu mengukur pH minuman bersoda tersebut sebelum dan sesudah
ditambah sedikit asam, basa, maupun pengen-ceran. Jika benar bahwa minuman
bersoda mengandung buffer fosfat, maka ketika ditambah sedikit asam, basa
(hanya 1 mL), atau diencerkan (hanya 10 kali), maka harusnya tidak mengalami
perubahan pH. Pengukuran pH awal / mula-mula dari buffer fosfat dilakukan
setelah busa minuman tersebut hilang, sebab adanya busa menunjukkan bahwa asam
karbonat (H2CO3) yang ada dalam minuman berubah menjadi H2O
dan CO2. Hal ini karena asam
karbonat merupakan jenis asam tak stabil (mudah terurai), sehingga gas CO2
terlepas ke udara dan H2O tetap tinggal di minuman. Jadi, habisnya
busa menunjukkan bahwa dalam minuman bersoda tersebut tinggal ada buffer
fosfat.
12. Ksp
Kelarutan suatu garam dapat diuji dengan
cara yang sangat mudah dan sederhana. Gunakan garam dapur (NaCl) / garam
Inggris (MgSO4). Mula-mula ambil setengah gelas air, lalu masukkan
satu sendok teh garam tersebut, lalu aduk. Lakukan berulang-ulang hingga garam
yang ditambahkan tidak dapat larut, meskipun sudah dilakukan pengadukan.
Melalui percobaan ini kita dapat menentukan berapa sendok yang dapat
dilarutkan, berapa sendok saat garam mulai tidak dapat larut, sampai pada
sendokan ke berapa terjadi pengendapan yang nantinya digolongkan larutan tak
jenuh, tepat jenuh, dan lewat jenuh.
13. Uji Amilum
Untuk mengetahui ada tidaknya amilum dalam
berbagai jenis makanan, dapat dilakukan dengan menggunakan larutan iodin atau
lugol. Jika dihasilkan warna biru / ungu berarti sampel mengandung amilum.
14. Penurunan Tekanan Uap
Untuk membandingkan penguapan larutan
garam dengan air dapat dilakukan percobaan sederhana, yaitu memasukkan garam ke
salah satu gelas yang berisi air dan dibandingkan terhadap gelas yang hanya
berisi air. Masukkan ke dalam wadah tertutup dan simpan selama 1 hari lalu ukur
volum yang ada, maka akan didapatkan penurunan volum yang berbeda antara kedua
gelas.
Demikianlah beberapa contoh praktikum
yang berbasis penggunaan berbagai bahan dan alat yang ada di lingkungan,
sehingga memungkinkan untuk dilakukan di sekolah dengan kondisi yang minim
sekalipun.
PENUTUP
Dengan jumlah SMA / MA yang demikian
besar, tugas Pemerintah untuk memberikan pendidikan dan menyediakan sarana
prasarana sekolah yang lengkap menjadi sangat berat. Dalam kondisi yang
demikian, maka sudah sewajarnya kita tidak berpikir untuk selalu mengharap
uluran tangan dari Pemerintah bila ingin memajukan anak didik kita, tetapi
lebih berpikir bagaimana dengan kondisi yang serba sederhana dan cenderung
terbatas sarana prasarana ini kita dapat menyikapi dengan bijak. Peran aktif
guru memang sangat diharapkan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia . Oleh
karena kita sudah memilih pekerjaan mulia sebagai guru, maka mau tidak mau kita
harus mengemban tugas tersebut dengan baik. Hidup
ini banyak pilihan, salah satu pilihan adalah menjadi makhluk Tuhan yang
berguna bagi orang banyak. Semoga profesi guru merupakan profesi pilihan yang
dapat digunakan sebagai sarana berbuat kebajikan kepada sesama (Amiiin).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
(1995). Spiel das Wisen schafft. Bergembira
dengan Sains. Terjemahan : Hardjapamekas, Djajang, M. P. Bandung : Titian
Ilmu.
Janice
Pratt VanCleave. (1991). Gembira Bermain dengan Ilmu Kimia : 101
Percobaan yang Pasti Berhasil. Jakarta
: Temprint.
Janice
Pratt VanCleave. (2003). Percobaan-percobaan yang Menakjubkan. Bandung : Pakar Raya.
Mohamad Ali (1985). Pengembangan Kurikulum di
Sekolah. Bandung
: Sinar Baru.
Moh. Uzer
Usman. (2000). Menjadi Guru Profesional. Bandung
: Remaja Rosdakarya.
Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan Perguruan Tinggi
dalam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta
: Depdikbud.